Rahasia Kaum Falasha merupakan novel petualangan muslim yang menceritakan perburuan filolog—ilmu yang mempelajari naskah-naskah manuskrip—Muslim Indonesia, di bawah bayang-bayang Zionis.
Novel Rahasia Kaum Falasha |
Novel ini didasarkan
pada sebuah riset selama 3 tahun yang dilakukan oleh penulisnya, Mahardhika
Zifana. Di sampul belakang tertulis bahwa novel ini ialah novel petualangan
Muslim pertama dalam sejarah kasusastraan Indonesia dengan kemasan memikat,
merangkai fakta dan informasi tentang sejarah harta karun Nabi Sulaiman.
Rahasia Kaum Falasha merupakan novel pertama dari Trilogi Battle for Solomon’s
Treasure.
Lima Lembar Manuskrip Kuno
Berawal dari
ditemukannya lima lembar manuskrip—peninggalan tertulis masa lalu—kuno, tentang
orang-orang Beta Israel (Kaum Falasha) oleh prajurit Angkatan Darat Amerika
Serikat dari kesatuan Airbone Rangers, yang saat itu sedang bertugas di
Somalia. Prajurit keturunan Afro-Amerika itu datang pada Indra untuk menjual
manuskrip yang ia temukan. Ia menemui orang yang tepat, karena pekerjaan Indra
adalah mencari barang-barang antik dan kuno dari berbagai penjuru dunia lalu
menjualnya kembali.
Indra mengira barang yang baru
dibelinya itu hanya sebuah manuskrip biasa, ternyata tidak. Heri, salah seorang
sahabat dekat Indra di Universitas Monash Australia. Secara tak sengaja melihat
manuskrip itu di perpustakaan Indra saat akan meminjam buku. Sangat kebetulan
karena disertasi Heri membutuhkan penelitian pada manuskrip-manuskrip kuno
untuk menyingkap fakta sejarah.
Manuskrip-manuskrip itu dibawa oleh
Heri untuk ditanyakan pada seorang ahli arkeologi di Universitas Monash, Jack
Towesend namanya. Jack Towesand memperkirakan manuskrip itu berasal lebih dari
tiga ribu tahun. Jack memperlihatkan pada Moses Goldstein, seorang Yahudi yang
tergabung dalam The Knights of Zion—perkumpulan Zionis paling rahasia yang
konon sangat berpengaruh di dunia.
Manuskrip itu menceritakan asal-usul
Beta Israel yang sesungguhnya dan sebuah penemuan besar. Sebenarnya ini cerita
lama yang sudah diketahui turun-temurun. Orang Beta Israel meyakini bahwa
mereka adalah keturunan Menelik—putra Raja Sulaiman dan Ratu Saba. Ada juga
yang meyakini bahwa Beta Israel keturunan suku Dan—satu dari sepuluh suku yang
hilang sebelum bangsa Yahudi tercerai-berai. Sebagian kecil meyakini Beta
Israel adalah orang-orang Yahudi yang lari dari Mesir ke selatan saat masa
perbudakan Fir’aun. Beberapa ahli sejarah menyatakan bahwa Beta Israel
merupakan anak cucu kaum Yahudi yang datang dari Yaman. Benar atau tidaknya
beberapa pendapat di atas juga diulas dalam novel ini, tentunya dengan melihat
isi manuskrip tersebut.
Pada lembar pertama berisi kisah
Menelik saat merawat dan memindahkan lokasi penyimpanan tabut perjanjian tanpa
menyebut di mana lokasinya. Tabut itu berisi perjanjian Nabi Musa as dengan
Allah di bukit Tursina beserta ukiran sepuluh perintah Allah. Lembar kedua dan
ketiga menceritakan perjalanan Menelik ke tanah yang sekarang disebut Ethiopia.
Tak ada masalah memang, namun masalah baru timbul di lembar keempat dan kelima,
yang menceritakan lokasi penyimpanan dan menjelaskan kunci sebuah kuil yang
lokasinya disamarkan oleh peta berwujud syair. Nach, kuil itulah tempat
penyimpanan harta karun Nabi Sulaiman as dan tabut perjanjian yang hilang.
Orang yang Salah
Sayangnya Heri menceritakan isi dari
manuskrip itu pada Goldstein, padahal secara matematis Goldstein ingin
menguasai harta tersebut. Salah satunya dengan meminta Indra dan Heri untuk
membantu memuluskan rencananya, namun mereka enggan.
Dalam usahanya untuk menolak
permintaan Goldstein, Heri tewas karena berhasil dihabisi oleh anak buah
Goldstein setelah sempat lari namun terjatuh karena tersandung. Sementara Indra
berhasil lolos, lalu membakar manuskrip yang ada di lemari penginapannya agar
tak jatuh pada orang Yahudi tersebut. Indra hafal terjemahan manuskrip dan
membawa segitiga yang ditemukannya bersama Heri, oleh karenanya Indra-lah yang
sekarang dicari oleh Goldstein beserta anak buahnya. Lebih-lebih, Goldstein
juga memutar-balikkan fakta agar seolah-olah Indra yang telah membunuh Heri.
Sekarang Indra menjadi buronan oleh pihak Goldstein dan Kepolisian.
Selalu Bernasib Baik
Nach, beberapa paragraph di atas
mencerminkan sumber dari segala masalah yang ada dalam buku Rahasia Kaum
Falasha ini. Letaknya berada di bagian 36, halaman 215 sampai 228.
Novel
ini juga menegaskan tidak semua Yahudi itu Zionis dan berambisi mendirikan The
Kingdom of Heaven di Israel seperti The Knights of Zion yang memainkan peran
besar di dunia. Buktinya ada The
American Jews Alternatives for Zionism, organisasi ini aktif mengampanyekan
penetantangan atas berdirinya negara Israel dan pembantaian manusia-masnuia tak
berdosa di Palestina. Banyak diceritakan tentang beberapa kawan Yahudi yang
bukan Zionis, dan mereka menyenangkan.
Kelemahan
buku ini adalah ketika jalan ceritanya banyak yang tidak irasional, salah
satunya keberuntungan-keberuntungan yang selalu menaungi para tokoh ketika
menghadapi suatu masalah besar, singkatnya para tokoh selalu bernasib baik.
Sangat datar, mungkin karena bahasa yang digunakan penulis sangat sederhana dan
kurang menggigit. Sehingga pembaca tidak merasakan konflik yang diusung
penulisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar